Tak sedikit orang tua yang berpikir bahwa semakin mahal biaya sekolah, maka semakin bagus kualitasnya. Kesan seperti ini sudah menyebar luas ditengah masyarakat, bahkan ada orang tua yang rela kerja keras dan mengorbankan gajinya demi membiayai anak di sekolah mahal. Di sisi lain orang tua terpaksa hidup prihatin. Tidak sanggup juga ikut pergaulan dengan teman-teman anak karena uang tersedot buat sekolah.
Melihat pendidikan sekarang, tidak ada pendidikan yang gratis. Sekolah selalu membutuhkan biaya operasional sebagai penunjang berlangsungnya pendidikan. Namun, demi mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah harus menjadi tempat pendidikan bagi semua orang.
Sosok Inspiratif Muhammad Farid
Miris ketika melihat seorang anak bangsa sulit untuk mewujudkan impiannya hanya karena mahalnya pendidikan. Rata-rata anak yang putus sekolah karena berasal dari keluarga miskin dan tidak sanggup mambayar biaya pendidikan yang sangat mahal.
Pada tahun 2019 jumlah anak putus sekolah meningkat tajam hingga mencapai 10 persen. Hal inilah yang mendorong seorang Muhammad Farid (asal Banyuwangi, Jawa Timur) buat terjun berkontribusi dalam dunia yang digelutinya, hatinya tergerak untuk membantu anak-anak demi mendapatkan pendidikan.
Awal mula keterlibatan Muhammad Farid dalam sekolah alam adalah untuk menyelesaikan tesis yang sedang ia garap. Sebagai seorang tenaga pendidik dan melihat data yang ada di lapangan, hati kecil Farid tergerak untuk menyelamatkan generasi bangsa demi masa depan.
Niat awal Farid adalah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Dan dari pengalaman Farid yang sebelumnya pernah melihat sekolah alam dan biayanya yang ternyata jauh lebih tinggi dari sekolah umum lainnya, membuat Farid harus memutar otak untuk mencari solusi yang tepat.
Bisa memberikan pendidikan yang nyaman dan menyenangkan untuk semua anak dengan biaya yang terjangkau merupakan tujuan utama Farid mendirikan sekolahnya, walaupun masalah biaya masih menjadi persoalan yang belum ada solusinya saat itu. Dan dengan semangat pantang menyerah, maka didirikanlah sekolah alam Banyuwangi Islamic School.
Bayar Sekolah Dengan Sayuran dan Doa
Di sekolah alam Banyuwangi Islamic School, Farid membebaskan anak didiknya untuk membayar biaya sekolah menggunakan apa saja, salah satu yang paling sering dibawa oleh para orang tua didik adalah sayuran hasil panen sebagai pengganti biaya sekolah anak-anak mereka. Tak hanya itu saja, para orang tua didik juga bisa membayar biaya sekolah dari hasil peternakan mereka seperti ikan.Dengan penuh keikhlasan para guru mengabdi, walaupun pada awalnya juga mendapat bayaran sayuran atau hasil bumi yang dibawa anak-anak didiknya dari rumah, bahkan ada juga yang membayar dengan doa. Farid beserta para tenaga pendidik tetap menerima dengan hati ikhlas.
Kini, seiring dengan perkembangan dan adanya kemajuan sekolah alam, sudah makin banyak orang tua yang mempercayakan sebagian rezekinya untuk pengembangan sekolah. Saat ini para tenaga pendidik pun sudah bisa mendapat gaji berupa uang yang memadai. Dan semakin banyak pula anak didik yang terbantu dengan adanya sekolah alam Banyuwangi Islamic School yang berkualitas dan biayanya terjangkau ini.
Dilansir dari VIVA Edukasi (12/9/2023), usia bukan penghalang bagi Muhammad Farid untuk mendirikan sekolah. Sebab, pada tahun 2005 pria 34 tahun itu berhasil mendirikan SD dan SMP Alam yang berada dibawah naungan Yayasan Banyuwangi Islamic School di lahan seluas 3.000 meter persegi.
Dengan mendirikan program Sayur untuk Sekolah, Muhammad Farid berhasil mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2010 dalam kategori pendidikan. Program tersebut dipilih karena siswa bisa membayar biaya sekolah dengan sayur.
Menariknya, ia juga menggratiskan biaya untuk anak didik yang memang belum bisa membayar dengan sayur-mayur. Ada sekitar 70 siswa yang terdaftar di sekolah tersebut dengan mayoritas dari mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Saat ini, Muhammad Farid menjabat sebagai Kepala Sekolah SMP Alam. Sementara pengelolaan SD diserahkan kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Suyanto Koiru Ichwan.
Sekolah yang digagas Muhammad Farid ini sangat unik karena tidak ada ruang kelas seperti sekolah kebanyakan. Ia hanya mendirikan sebuah aula, musala, langgar alias musala kecil, serta satu sanggar. Sisanya, Farid hanya membangun saung-saung kayu sederhana.
Bukan hanya itu saja, seragam yang digunakan oleh para siswa pun hanya satu stel yang dipakai setiap hari Senin dan Selasa. Pada hari berikutnya para siswa menggunakan pakaian bebas. Mereka juga tidak harus memakai sepatu kalau tidak punya.
Pendidikan adalah sesuatu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Tujuan Pendidikan adalah untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi para peserta didik. Dengan begitu, diharapkan anak bangsa memiliki ilmu, kepribadian baik, kreatifitas, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Pendidikan merupakan jalan perbaikan dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas untuk masa depan bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar