Disaat kepala merasa penuh dengan berbagai macam pikiran seperti benang kusut, masalah menumpuk, dan merasa diri tak utuh lagi, pada momen inilah seseorang membutuhkan healing.
Terlebih lagi ketika kita tidak bisa melakukan aktivitas keseharian dengan maksimal, saat itulah healing dibutuhkan, tak terkecuali untuk OYPMK atau yang sering disebut Orang Yang Pernah Mengalami Kusta.
Berlibur atau berkunjung ke tempat wisata biasanya kerap dilakukan dalam upaya healing ini, namun sebenarnya healing tidak harus selalu mengeluarkan banyak uang, bikin kantong jadi bolong juga. Karena sejatinya healing merupakan penyembuhan dari kondisi psikologis atau mental seorang individu, lebih kepada bagaimana kita bisa menemukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan healing yang benar-benar dibutuhkan.
Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting sih healing bagi OYPMK? Dan apa saja yang dibutuhkan oleh OYPMK dalam proses healing-nya?
Pas banget nih, di hari Rabu (14/12) saya menyimak pembahasan dari Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia mengenai "Chilling - Healing bagi OYPMK, Perlukah?" melalui zoom meeting dan juga live YouTube di Channel Berita KBR.
Webinar yang dipandu oleh Rizal Wijaya yang merupakan Host KBR ini menghadirkan dua narasumber yaitu Donna Swita selaku Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) dan Ardiansyah selaku OYPMK sekaligus Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia.
Tidak sedikit dari masyarakat yang beranggapan bahwa healing berarti bepergian ke tempat-tempat mahal atau sekadar jalan-jalan yang menguras keuangan. Padahal, tidak semua orang dapat disembuhkan dengan cara tersebut.
"Konsep healing adalah menyembuhkan, menemukan nilai yang akhirnya tidak ada lagi diskriminatif, menghakimi diri sendiri dan dapat melepaskan beban mental atau psikologis yang selama ini terpendam" papar Donna.
Metodenya pun beragam, ada banyak cara yang bisa dilakukan, berwisata hanya salah satunya. Masih ada metode lain yang bisa dilakukan, seperti menulis, bercerita, bermediasi, membuat kerajinan tangan dan masih banyak lagi.
Jadi, penting bagi OYPMK untuk lebih mengenali berbagai metode yang bisa dilakukannya. Sehingga OYPMK bisa lebih leluasa memilih cara healing-nya sendiri, mana yang paling nyaman dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri agar dapat segera bangkit dari keterpurukannya, akibat dari stigma yang pernah diterima sebelumnya.
Donna pun menjelaskan bahwa ada lima dimensi yang dapat menjadi target healing, diantaranya adalah fisik, psikis, mental, relasi dan spiritual.
Untuk dapat memilih dimensi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan OYPMK sebagai proses penyembuhannya, ada baiknya OYPMK menelaahnya terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar healing tersebut lebih tepat sasaran sehingga hasilnya pun maksimal.
Melihat kenyataan yang ada, banyak OYPMK walau dinyatakan sembuh dari sakitnya, tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat. Masih adanya perasaan takut, kecewa, depresi, tidak percaya diri, malu, merasa diri tidak berharga, tidak berguna, dan khawatir akan dikucilkan menjadi penghalang bagi OYPMK sehingga belum berani untuk bersosialisasi kembali. Untuk itulah OYPMK membutuhkan healing agar dapat bangkit kembali.
OYPMK bisa memilih metode healing dan mempraktikkannya, saat ini OYPMK bisa dengan mudah mencari dan menemukan informasi tentang healing yang dibutuhkannya dari berbagai sumber melalui media online.
Kenapa OYPMK Butuh Healing Yang Tepat?
Menjadi seorang OYPMK tidaklah mudah, begitupun yang dirasakan oleh Ardiansyah, yang sempat merahasiakan keadaannya dari keluarga dan orang-orang sekitar lingkungannya.Ardiansyah yang pernah menjalani rehabilitasi di salah satu rumah sakit di kota Makassar ini mengungkapkan bahwa selama proses rehabilitasi berjalan, semuanya baik-baik saja dan lancar.
Saat rehabilitasi di rumah sakit selesai, barulah stigma mulai muncul dari pihak keluarga yang seakan-akan mengucilkan dirinya. Sampai-sampai dengan cara memisahkan tempat tidur, bahkan saat ada acara kumpul keluarga pun beliau tidak diperkenankan ikut. Tentunya tindakan seperti itu sangat membekas dihati dan pastinya meninggalkan rasa trauma psikologis yang mendalam bagi Ardiansyah.
OYPMK yang memilih menulis sebagai metode healing-nya, bisa memanfaatkan gadget-nya untuk memudahkan mencurahkan isi hatinya, atau bisa juga mencari teman yang dapat dipercaya untuk menuangkan keluh kesahnya sehingga OYPMK merasakan mendapat support dan tidak merasa sendiri lagi.
Akan sangat baik jika OYPMK dan teman-teman difabel lainnya diikut sertakan kedalam berbagai kegiatan yang ada didalam program IWE seperti biasanya.
Jangan sampai OYPMK dan teman-teman difabel dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menjadi pengemis. Program IWE ini sangat membantu OYPMK dan teman-teman difabel untuk terus aktif terlibat dalam setiap kegiatan, karena dapat memberikan pengaruh yang sangat besar untuk mengembalikan rasa percaya diri OYPMK dan teman-teman difabel lainnya.
Support yang telah diberikan kepada OYPMK tidak akan bisa berjalan dengan baik, jika diri sendiri tidak mau bangkit. Jadi, semua kembali pada diri sendiri. Seperti Ardiansyah yang mau menerima keadaannya, bahwa ini adalah rencana Tuhan dan bekali diri dengan pikiran positif untuk bangkit serta berani melangkah.
Bahkan disaat keluarga seakan mengucilkannya karena alasan kusta, Ardiansyah tetap gigih berorganisasi dan bersosialisasi sehingga mampu mengasah kepercayaan dirinya bersama orang-orang baru. Ardiansyah pun aktif melakukan penyuluhan tentang penyakit kusta.
Lama kelamaan tekanan dari keluarga yang awalnya dirasa sangat menyakitkan bisa pulih dengan perlahan dan kembali bersemangat menatap masa depan.
Sekarang sudah saatnya kita semakin peduli dengan isu kusta. Mari kita bersama-sama mewujudkan eliminasi kusta dengan menghapus stigma terhadap kusta dari hal –hal kecil tapi berdampak.
Dengan healing yang tepat, semoga OYMK bisa hidup lebih bahagia yah aamiin 🤗
BalasHapusSiapapun pasti butuh healing apalagi kalau pernah menghadapi stigma negatif dari lingkungan.
BalasHapus