Abang Athallah yang sebentar lagi akan menjalani ujian nasional (UN) kelas 6 SD (usia 11 tahun) dan kakak Atqa (usia 8 tahun) yang telah selesai ulangan tengah semester (UTS) membuat saya ketar-ketir juga menunggu hasil nilai dari sekolah.
Begitu deh kalau udah jadi emak-emak, anak-anak yang lagi ulangan mah nyantai aja, eh malah emaknya yang ribet plus pusing kepikiran nanti bisa gak ya anak-anak saya mengerjakan soal-soal yang diberikan, hufft.
#YukKenaliAnakKita, Kenali Kecerdasannya
Senang dan bahagia dong ya saat anak behasil mendapatkan nilai yang sempurna juga berprestasi di sekolah.
Bangga? Pastinya dong!
Tapi, jika hasil nilainya jelek alias jeblok gimana nih? Pasti langsung marahin anaknya kah? Membandingan anak kita dengan anak orang lain yang lebih tinggi nilainya?
Jangan dong, kasihan anak kita, hiks.
Anak-anak kita sudah berusaha semampunya untuk memberikan yang terbaik menurut kemampuannya.
(Sumber : Hepi.inc)
Awalnya saya berpikir dan sangat berharap anak-anak saya rajin belajar, pintar, cerdas dan berprestasi di sekolahnya. Namun, saya tersadarkan setelah saya mengikuti berbagai kegiatan parenting dan bertanya ke beberapa ahli parenting, ternyata tiap anak memiliki kecerdasannya sendiri-sendiri dan ada tingkatannya yang berbeda pula menurut usia anak.
Tingkat kecerdasan abang Athallah berbeda dengan kakak Atqa dan adek Kay yang usianya baru 4 tahun. Bahasa atau penyampaian kita ke tiap anak pun juga berbeda.
Sejak dulu, untuk mengukur kecerdasan seseorang biasa dengan menggunakan tes IQ atau Intelligence Quotient. Kini, zaman semakin berkembang, ada cara baru bagi para orang tua jika ingin mengetahui tingkat kecerdasan buah hati dari mulai usia 5 tahun hingga 18 tahun. Caranya melalui tes kognitif (kemampuan berpikir)
Dan bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar, bukan berarti tidak cerdas dan tidak memiliki kemampuan untuk menerima pelajaran yang diberikan.
(Sumber : Hepi.inc)
Menurut psikolog Diana Lie, M. Psi., bahwa kesulitan belajar yang dialami anak kemungkinan karena dipengaruhi oleh kemampuan kognitif atau otak. Sehingga, penting mengidentifikasi kemampuan kognitif mana yang memperlambat anak dalam proses belajarnya.
Beliau juga menambahkan, sebagai orang tua dan guru, mengetahui profil kognitif anak penting agar dapat membantu dan memahami bagaimana anak dapat belajar sebaik mungkin. Dengan demikian, bisa mengarahkan potensi-potensi yang dimiliki menjadi lebih maksimal seiring perkembangan serta pertumbuhan anak.
Orang Tua Wajib Tahu Kemampuan Kognitif Anak Dengan #TesKognitifAJT
Sebenarnya kemampuan kognitif apa sih?
Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional atau akal, yang terdiri dari beberapa tahapan: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi.
(Sumber : Hepi.inc)
Tiap individu memiliki kemampuan kognitif yang unik. Tidak bisa hanya dikategorikan sebagai pintar dan bodoh, karena tiap orang punya kekuatan dan kelemahan di area kognitifnya masing-masing.
Namun, hingga kini cara kebanyakan orang menilai keberhasilan anak dalam pendidikan masih dinilai terlalu kaku. Persepsi orang mengenai kecerdasan kerap terlalu berorientasi pada skor, nilai, atau tes-tes kognitif yang sudah tua.
Persis seperti saya yang awal-awalnya sempat berpikir kecerdasan dinilai melalui skor alias angka, hihii.
Oleh karena itu saya ingin memperbaikinya dengan cara mengikutkan abang Athallah dan kakak Atqa untuk #TesKognitifAJT, sedangkan adek Kay nanti saja saat sudah usia 5 tahun. Agar saya bisa lebih tahu dan mengerti sebenarnya mereka lebih berminat di bidang apa, yang sesuai dengan kesukaan mereka, pilihan hati mereka.
Kenapa Harus #AJTCogTest?
Tes kognitif yang bernama #AJTCognitiveTest ini nantinya akan mengukur kecerdasan anak dari 8 aspek yaitu fluid intelligence, working memory, long-term storage, long-term retrieval, processing speed, comprehension knowledge, visual processing, dan auditory processing.
Pembuatan tes ini juga mengacu pada teori kecerdasan Catell-Horn-Carroll (CHC) yang dikembangkan psikolog Raymond Cattell, John Horn dan John Carroll. Teori CHC ini kemudian dikembangkan lagi oleh psikolog Kevin McGrew pada 1990-an.
Menurut McGrew, teori CHC merupakan teori kecerdasan yang paling komprehensif hingga saat ini, yang didasarkan pada riset selama berpuluh-puluh tahun.
Hasil yang diberikan #TestKognitifAJT ini bukanlah satu skor yang mencakup keseluruhan kemampuan kognitif, seperti tes IQ. Namun, AJT akan menunjukkan bidang-bidang kognitif yang menjadi kekuatan atau kelemahan seorang individu.
Dari hasil tes tersebut, orangtua, guru, maupun psikolog bisa memberikan kebutuhan edukasi yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing pelajar, agar potensinya bisa teroptimalisasi.
Nah, jadi saya sebagai orang tua jadi lebih paham tentang kecerdasan abang Athallah dan kakak Atqa, saya juga lebih bisa mempersiapkan adek Kay untuk ikut #AJTCogTest saat umurnya genap 5 tahun nanti.
Lalu, bagaimana dengan Anda?
Pastinya Anda juga ingin lebih mengetahui profil pembelajaran unik anak Anda untuk memahami bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dan efektif bukan?
Daripada bingung, lebih baik kepoin AJT CogTest yuk, untuk informasi lebih lengkapnya langsung mampir aja ke www.melintascakrawala.id, atau hubungi melalui aplikasi WhatsApp CS 087883258354 ya.
0 komentar:
Posting Komentar